Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Selasa, 08 November 2011

Sebuah Catatan

Jam kamarku telah menunjukkan pukul 19.45. Segera kurapikan baju koko yang sedang kupakai. Sarung yang tadinya kupakai untuk sholatpun kulepas dan kuganti dengan celana hitam. Kopyah yang sedari tadi melekat di kepalaku kubiarkan saja. Tak lupa minyak wangi non-alkohol kuoleskan pada sebagian koko dan celana. Buku dan pena kumasukkan tas ransel hitam kesayangan. Setelah siap dengan busanaku, Aku keluar kamar dan melihat papan pengingat di depan pintu kamar. Sebuah jadwal kajian beberapa masjid terlihat di sampingnya. Aku tersenyum dan berucap dalam hati, “Ya Alloh, semoga kali ini pun Engkau memberiku ilmu yang bermanfaat .” Segera kukunci pintu kamar dan berjalan menuju pintu keluar rumah.
“Mau kemana malam minggu gini?” celetuk temen kosku.
“Biasa, mau ketemuan sama ‘cinta’ ku”, jawabku.
“Hmm… ga mungkin ah! Mana ada pacaran pake baju koko dan kopyah gitu.”
“Yee… Siapa bilang aku akan pergi pacaran. Maksudku ‘cinta’ itu, ilmu kali! Ada kajian bagus lho! Temanya ‘Generasi Takwa’. Mau ikut ga?
“Males ah, kamu wakilin aja! Nanti seperti biasanya kamu transfer ke anak kosan hasil kajiannya, he… he… he…!”
“Huh Dasar ! Kan beda antara dengerin kajian dari ustadz yang asli dengan berandalan seperti aku ini!”
“Sudah! Sudah! Cepat berangkat! Nanti Telat lho!”
Aku keluar pintu dan berjalan menuju masjid tempat diadakannya kajian tersebut. Kutatap langit malam ini. Sungguh indah lazuardi malam.  Sang Dewi Malam terlihat sedang riang. Ia menampakkan seluruh wajahnya yang memancarkan cahaya kelembutan. Kerlip bintang-bintang menghiasi lazuardi malam ini seakan jubah hitam berhiaskan permata-permata yang sinarnya tak terputus. Duhai Sang Pencipta lazuardi! Sungguh Maha Besar Engkau yang menciptakan keteraturan dan kesempurnaan malam ini!

Who Am I?

Konsep Diri adalah cara pandang kita yang merupakan pusat dari kesadaran dan tingkah laku kita. Konsep diri melibatkan perasaan, nilai-nilai yang kita anut serta keyakinan-keyakinan kita (Atwater,1983)”.

Hidupku adalah kumpulan dari langkah-langkah yang telah kulakukan sehingga ada saat sejenak tuk meniti jejak-jejaknya. Telah sampai manakah kini diriku? Apakah selama ini aku telah melangkah lurus ke depan, melangkah berkelok-kelok, atau kah justru ku hanya sedang berputar-putar?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan pengenalan akan konsep diri. “Konsep Diri adalah cara pandang kita yang merupakan pusat dari kesadaran dan tingkah laku kita. Konsep diri melibatkan perasaan, nilai-nilai yang kita anut serta keyakinan-keyakinan kita (Atwater,1983)”. Salah satu konsep diri yang dapat digunakan adalah Body Image. Body Image berarti cara kita memandang diri kita sendiri layaknya bercermin.
Cermin, memberikan sebuah pantulan bening akan diri. Meski, kadang ia buram atau memberikan refleksi dari sudut yang tidak ku inginkan. Cermin memberi segenggam informasi yang apa adanya guna memformulasikan diri akan menjadi apakah aku ketika aku meninggalkannya dan pergi ke alam realita. Tentu, cermin pun seringkali bias karena ia memberi pantulan tidak hanya tergantung kondisi sang empu yang sedang bercermin, tetapi juga kondisi cermin itu sendiri. Mungkin saja ia retak, datar,cembung, cekung, atau memang telah memberi pantulan apa adanya. Oleh karena itu, tak bijak jika hanya menilai diri menggunakan satu cermin saja. Jadi, wahai Cermin, who am I?