Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Jumat, 30 Desember 2011

Ujian Cinta Penuh Hikmah

'Kupandangi wajahnya yang teduh. "Sabar ya! Innalillahi wa inna ilaihi ro'jiuun, Segala sesuatu adalah milik Alloh dan Sungguh kepada-Nya tempat kembali"
Ia tersenyum namun dengan mata yang berkaca-kaca. "Iya, Ini teguran dari Alloh agar saya memurnikan cinta saya kepada Alloh dan tidak menduakan-Nya. Menjadikan segala cinta berdasar cinta kepada-Nya bukan malah memunculkan cinta kepada manusia yang terkadang mengaburkan cinta kepada-Nya'

Setiap orang sepakat bahwa salah satu ikatan yang terkuat antar manusia adalah ikatan antara ibu dan anak. Ketika ikatan itu terputus, apalagi bagi seorang ibu, tentu kesedihan yang menimpa akan sangat hebat. Sepenggal kisah sempat kurekam dalam perjalanan hidupku tentang ujian terberat bagi seorang perempuan, yaitu kehilangan putranya dalam proses persalinan. Terlebih ia tak sempat memandang atau merengkuh buah hatinya itu. Putranya segera dikuburkan ketika ia masih dalam kondisi lemah setelah proses persalinan. Ia mengetahui wajah putranya dari foto yang sempat diabadikan oleh keluarganya. Namun, sebuah hikmah yang sangat mengesankan dapat kuambil darinya. Hikmah atas kemurnian Cinta....

Rabu, 14 Desember 2011

Inspirasi

Inspirasi adalah Cinta...
Buah pemikiran yang lahir
Dari hati yang bergelora

Duhai Sang Pemilik Nyawa...
Hanya kepada-Mu lah
Cinta yang Sempurna
Inspirasi tak lekang masa

Kan Kupanjatkan segala cinta..
kepada diri-Mu Sang Penganugerah Cinta
Agar kau sempurnakan pula ia
Dan segala yang kucinta
Jadi sumber Inspirasi tak terhingga

Melihat Jakarta dari Langit

Bismillah...
Sudah tiga hari ini saya berkesempatan untuk melihat sebagian kota jakarta dari langit. Apa maksudnya? saya, alhamdulillah, mendapat pekerjaan sebagai pekerja sambilan (di jepang biasa disebut freeter, di USA dan Inggris biasa disebut part timer) di salah satu BUMN yang kantornya terletak di lantai 29 Gedung BRI II di sekitaran semanggi. Dari jendela ruangan, saya dapat melihat sebagian pemandangan Kota Jakarta.


Kata pertama yang terlintas dalam hati saya ketika itu adalah padat. Ya, baik bangunan kecil seperti rumah, warung dan lainnya, maupun bangunan-bangunan besar seperti hotel, perkantoran, mall dan gedung pencakar langit berdesak-desakkan dalam lahan yang sempit. Jelas sekali ketidakteraturan yang terlihat. Untung saja, masih tersebar lahan terbuka hijau di sela-sela bangunan tersebut. Untuk jalan rayanya, mungkin anda dapat mengira, cukup sepi. Akan tetapi itu hanya berlaku untuk jalan-jalan kecil. Kondisinya sangat berbeda untuk Jalan Gatot Subroto terutama jalur lambatnya. Saking lambat dan padatnya jalan tersebut, saya agak kesulitan untuk melihat permukaan jalan rayanya.

Selasa, 08 November 2011

Sebuah Catatan

Jam kamarku telah menunjukkan pukul 19.45. Segera kurapikan baju koko yang sedang kupakai. Sarung yang tadinya kupakai untuk sholatpun kulepas dan kuganti dengan celana hitam. Kopyah yang sedari tadi melekat di kepalaku kubiarkan saja. Tak lupa minyak wangi non-alkohol kuoleskan pada sebagian koko dan celana. Buku dan pena kumasukkan tas ransel hitam kesayangan. Setelah siap dengan busanaku, Aku keluar kamar dan melihat papan pengingat di depan pintu kamar. Sebuah jadwal kajian beberapa masjid terlihat di sampingnya. Aku tersenyum dan berucap dalam hati, “Ya Alloh, semoga kali ini pun Engkau memberiku ilmu yang bermanfaat .” Segera kukunci pintu kamar dan berjalan menuju pintu keluar rumah.
“Mau kemana malam minggu gini?” celetuk temen kosku.
“Biasa, mau ketemuan sama ‘cinta’ ku”, jawabku.
“Hmm… ga mungkin ah! Mana ada pacaran pake baju koko dan kopyah gitu.”
“Yee… Siapa bilang aku akan pergi pacaran. Maksudku ‘cinta’ itu, ilmu kali! Ada kajian bagus lho! Temanya ‘Generasi Takwa’. Mau ikut ga?
“Males ah, kamu wakilin aja! Nanti seperti biasanya kamu transfer ke anak kosan hasil kajiannya, he… he… he…!”
“Huh Dasar ! Kan beda antara dengerin kajian dari ustadz yang asli dengan berandalan seperti aku ini!”
“Sudah! Sudah! Cepat berangkat! Nanti Telat lho!”
Aku keluar pintu dan berjalan menuju masjid tempat diadakannya kajian tersebut. Kutatap langit malam ini. Sungguh indah lazuardi malam.  Sang Dewi Malam terlihat sedang riang. Ia menampakkan seluruh wajahnya yang memancarkan cahaya kelembutan. Kerlip bintang-bintang menghiasi lazuardi malam ini seakan jubah hitam berhiaskan permata-permata yang sinarnya tak terputus. Duhai Sang Pencipta lazuardi! Sungguh Maha Besar Engkau yang menciptakan keteraturan dan kesempurnaan malam ini!

Who Am I?

Konsep Diri adalah cara pandang kita yang merupakan pusat dari kesadaran dan tingkah laku kita. Konsep diri melibatkan perasaan, nilai-nilai yang kita anut serta keyakinan-keyakinan kita (Atwater,1983)”.

Hidupku adalah kumpulan dari langkah-langkah yang telah kulakukan sehingga ada saat sejenak tuk meniti jejak-jejaknya. Telah sampai manakah kini diriku? Apakah selama ini aku telah melangkah lurus ke depan, melangkah berkelok-kelok, atau kah justru ku hanya sedang berputar-putar?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diperlukan pengenalan akan konsep diri. “Konsep Diri adalah cara pandang kita yang merupakan pusat dari kesadaran dan tingkah laku kita. Konsep diri melibatkan perasaan, nilai-nilai yang kita anut serta keyakinan-keyakinan kita (Atwater,1983)”. Salah satu konsep diri yang dapat digunakan adalah Body Image. Body Image berarti cara kita memandang diri kita sendiri layaknya bercermin.
Cermin, memberikan sebuah pantulan bening akan diri. Meski, kadang ia buram atau memberikan refleksi dari sudut yang tidak ku inginkan. Cermin memberi segenggam informasi yang apa adanya guna memformulasikan diri akan menjadi apakah aku ketika aku meninggalkannya dan pergi ke alam realita. Tentu, cermin pun seringkali bias karena ia memberi pantulan tidak hanya tergantung kondisi sang empu yang sedang bercermin, tetapi juga kondisi cermin itu sendiri. Mungkin saja ia retak, datar,cembung, cekung, atau memang telah memberi pantulan apa adanya. Oleh karena itu, tak bijak jika hanya menilai diri menggunakan satu cermin saja. Jadi, wahai Cermin, who am I?