Bismillah...
Pertanyaan ini menggunakan
subyek ‘saya’ karena pertanyaan ini memang saya tujukan untuk saya pribadi.
Entitas hidup yang paling saya mengerti. Prinsip-prinsip hidupnya. Pola
pemikirannya. Dan yang paling penting saya memiliki kuasa optimal terhadap apa
yang dilakukan ‘saya’.
Setiap orang
memiliki ukuran-ukuran yang berbeda sehingga tidaklah tepat memaksakan
ukuran-ukuran saya atas perbuatan,
keadaan, maupun peristiwa yang menjadi bagian hidup saya kepada orang lain yang
memiliki ukuran-ukuran yang berbeda. Selalu, yang bisa saya lakukan hanyalah
menyampaikan ukuran-ukuran saya kepada orang lain baik melalui perkataan maupun
perbuatan sebagai pilihan maupun kesempatan bagi orang lain untuk mendapatkan wawasan-wawasan
baru mengenai ukuran orang lain, bukan dalam bentuk pemaksaan. Bisa jadi
ukuran-ukuran itu lebih baik daripada ukuran-ukuran pribadinya sehingga dia mau
merekonstruksi ukuran-ukurannya. Pun sebaliknya terhadap ukuran-ukuran saya
sendiri.
Ketika waktu
sholat kian dekat, dan Adzan segera berkumandang, hati saya gelisah untuk
segera memenuhi panggilan tersebut. “Wahai
jiwa-jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rob-mu dengan hati yang ridho lagi
diridhoi-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku dan masuklah
surga-Ku.” Beberapa ayat terakhir surat Al Fajr inilah yang memberikan
hikmah bagiku dalam menjawab pertanyaan yang terlintas dalam benakku. Kenapa saya harus sholat fardhu pada awal waktu secara berjama'ah di masjid?